Negeri 1001 malam – julukan irak – mempunyai masjid yang unik. Ya, itulah Masjid Sammara. Masjid yang telah berusia 1100 tahun lebih. Dibangun pada masa kekhalifahan Abbasiyah, Khalifah Al-Mutawakkil sekitar tahun 833 – 842 M. Terletak di sebelah timur sungai tigris, sekitar 125 km dari arah utara ibu kota Irak.
Dalam makalahnya yang berjudul “The Mosque of al-Mutawakkil”, dosen Arkeologi Universitas Durham, Dr Derek Kennet, memaparkan, Masjid Agung Samarra mulai dibangun pada 836 M dan konstruksinya selesai dalam waktu 52 tahun. Masjid ini sempat mengalami kerusakan. Namun, kemudian dibangun kembali antara tahun 849 dan 852 M. Dan, karena faktor usia, masjid ini dipergunakan sebagai tempat ibadah hingga akhir abad ke-11 M.
Sekilas, bangunan ini lebih mirip benteng pertahanan dibandingkan dengan masjid. Lihat saja sendiri, tak ada simbol-simbol khusus yang menandakan bahwa ini adalah tempat ibadah kita. Secara keseluruhan, masjid ini konstruksinya menggunakan batu bata yang telah dibakar.
Menara masjid yang berbentuk spiral
Masih bicara soal konstruksi, dari menaranya pun, bangunan ini bukan seperti menara umumnya yang bentuknya meruncing. Sebaliknya, bentuknya malah spiral, walaupun semakin ke atas juga tampak meruncing.
Seperti umumnya menara, kalaupun ada cara untuk naik ke puncaknya, tangga dibangun di bagian dalam menara. Sedangkan Masjid Agung Samarra ini, tangga melingkar justru dibangun berbarengan dengan bangunan menara yang berbentuk spiral. Dikisahkan, Khalifah Al-Mutawakkil pernah mencapai bagian atas menara ini dengan menunggang keledai putih miliknya.
Inilah keunikan dari Masjid Agung Samarra. Bentuk menara spiral ini mengingatkan pada menara Babel (the Tower of Babel) yang dibangun pada masa Kerajaan Babilonia yang memerintah di wilayah Mesopotamia oleh Nebuchadnezzar.
Menara berbentuk spiral ini disebut juga dengan Malwiyya. Tingginya mencapai 52 meter. Bagian dasar menara berbentuk empat persegi. Sedangkan pada bagian atas menara terdapat sebuah paviliun yang difungsikan sebagai tempat muazin mengumandangkan suara azan. Keseluruhan dinding pada ruang tempat muazin ini terbuat dari material kayu.
Bangunan Masjid Agung Samarra berada di dalam lahan berpagar yang berukuran 374 meter kali 443 meter. Dengan luas 239 meter kali 156 meter menjadikan bangunan masjid ini sebagai yang terluas yang pernah ada dalam sejarah masjid di dunia Islam. Untuk memudahkan akses ke lokasi masjid, Pemerintah Irak membuat tiga jalan masuk seluas 52 meter.
Masjid ini mempunyai 16 pintu masuk, dengan 17 lorong yang terhubung dengan ruang shalat dan serambi masjid. Serambi masjid ini berhiaskan tiang-tiang pilar rangkap tiga. Pada waktu shalat Jumat, bagian serambi masjid biasanya juga dipergunakan untuk menampung para jamaah shalat Jumat yang tidak tertampung di dalam masjid. Desain bagian dalam ruang shalat Masjid Agung Samarra berhiaskan marmer yang membentuk pola segi delapan pada bagian sudut-sudut ruangan. Sementara bagian mihrab, dihiasi dengan mosaik kaca. Kini hanya sebagian kecil dari potongan-potongan mosaik tersebut yang masih tersisa.
Penggalian yang dilakukan oleh Direktorat Pemeliharaan Bangunan Kuno Pemerintah Irak pada 1960 silam berhasil menemukan sebuah panel berupa potongan-potongan kaca berwarna biru tua yang berderet di dinding masjid.
Di bagian belakang mihrab, terdapat sebuah bangunan kecil. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, bangunan tersebut biasa digunakan sebagai tempat untuk menerima kunjungan khalifah, di samping sebagai tempat istirahat untuk para imam masjid.
Warisan dunia yang pernah diserang bom
Sebagaimana dilansir kantor berita Agence France-Presse (AFP), Badan PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO), telah menetapkan Masjid Agung Samarra di Irak ini sebagai salah satu bangunan yang masuk daftar tempat-tempat bersejarah di dunia atau World Heritage Sites.
Kota Samarra pernah menjadi ibu kota pemerintahan Islam yang menguasai sejumlah provinsi di masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah yang berasal dari Tunisia melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan Asia Tengah pada abad ke-9 Masehi.
UNESCO memandang keberadaan Masjid Agung Samarra terancam. Menurut badan PBB tersebut, sejak invasi Amerika Serikat (AS) ke Negeri 1001 Malam beberapa waktu lalu itu, pasukan AS dan koalisinya kerap melakukan pengeboman ke tempat-tempat suci di Irak, yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Masjid ini sedikitnya pernah dua kali diserang, yang terakhir terjadi pada 13 Juni 2007. Serangan pertama terjadi pada 2006, berupa serangan bom yang menghancurkan kubah emas masjid itu. Peristiwa ini memicu aksi saling balas serangan antara Muslim Sunni dan Syiah di Irak.
0 komentar:
Posting Komentar